Bisnis Juga Butuh Tauhid

 

Ada seorang bos punya anak buah. Anak buah ini digaji. Malah bekerja bukan untuk perusahaannya. Tapi untuk perusahaan orang lain. Baik hati sih, tapi salah.

Ada seorang anak buah. Kerja malas-malasan. Tapi kalau disuruh bos masih mau. Untung, syukur Alhamdulillah.

Dari kedua anak buah tadi, mana yang lebih mendingan? Satu yang rajin kerja dan berkhianat. Atau yang kedua ogah-ogahan tapi masih mengganggap Bosnya sebagai atasan?

Hehe.. Gak ada yang bagus sih. Tapi kalau boleh milih ya yang kedua.

Ilustrasi cerita ini sebenarnya inti dari sebuah ajaran tauhid? Maksudnya?

Iya, menyekutukan Tuhan adalah dosa besar yang tidak terampuni. Kecuali dia bertaubat sekali. Tuhan hanya satu, esa, bukan dua, tiga atau banyak jumlahnya.

Lha kalau sampai minta rezeki ke jin, pesugihan, penglaris dukun, ini sudah salah langkah dan salah arah. Allah tidak ridha dan murka. Memang Dia izinkan berharta, tapi nggak berkah. Panas hartanya, cepat menguapnya dan gak jadi apa-apa. Cirinya gundah tiada tara, resah gelisah dan tidak ada kedamaian dalam jiwa. Cek aja mereka...

Atau bukan kerjasama sama jin, tapi menyandarkan usaha kepada hanya diri sendiri. Istilahnya menuhankan kemampuan pribadi. Suksesnya mau sendiri, kerja keras sendiri tanpa melibatkan Allah sama sekali.

Anda pernah jumpai ini? Orang jumpalitan cari duit. Sudah kumpul banyak, eh malah dibikin Allah rugi. Semula ada 130 karyawan, akhirnya kisut menyusut jadi 3 doang. Yang semula omset miliaran malah ditipu rekan sampai rugi dan bahkan hutangnya bikin gemetaran.

Islam sih Islam, tapi sholat tak dijalankan. Sering ketinggalan bahkan berantakan. Apalagi zakat, sudah lupa tuh.

Giliran sudah ancur, bangkit lagi merintis lagi, berjuang lagi. Tapi masih lupa bahwa dia bisa begini karena Allah pengen dia balik dan ke Allah, doa, sholat dan ibadah. Tapi dia acuh dan tak mau peduli. Sholat baginya buang waktu dan doa itu percuma. Ngapain cuap-cuap. Mending kerja, kerja dan kerja.

Itulah orang yang merasa rezeki dari bisnisnya hasil dari kerja sendiri. Bukan karunia Allah Yang Maha Memberi Rezeki. Jadi jangan heran orang kayak gini kerja keras nggak ketulungan, abis besar malah jadi amblas bablas. Karena Allah tak ridho. Orang kayak gini tak tahu terima kasih, kurang syukurnya sehingga dikasih adzab yang pedih.

Harusnya gimana dong?

Harusnya bisnis itu yang utama itu tauhid. Islam menganjurkan umatnya untuk kerja keras dan tidak bermalas malasan tapi jangan sampai kerja keras membuat kita bergantung kepada kerja bukan kepada Allah.

Jaga sholat lima waktu tepat waktu. Di sela-sela waktu itu, isi tuh dengan kerja yang menggebu. Apalagi kalau tahajjud-dhuha jalan selalu. Lebih cakep tuh. Jadi usaha itu ada strartnya. Ya setelah subuh dan tilawah.

Usaha juga ada remnya. Jam 12 siang, dhuhur dulu sebagai bentuk syukur. Jam 3 sore, break ashar dulu biar nggak kesasar nuhankan keinginan pribadi. Dan maghrib-isya. Petang hari waktu evaluasi, muhasabah diri, dan bener-bener taqarub Ilahi (mendekatkan diri pada Allah Yang Maha Memberi Rezeki).

Kalau gini, rezeki itu akan melapangkan dan memudahkan. Karena Allah kasih keberkahan dan pertolongan. Bukan usaha kita yang memberi rezeki, tetap Allah yang mengasih semua rezeki. Kadang saking Allah cinta dan sayang, malah ditambah dan berlimpah. Alhamdulillah....

Kita ini hamba, dan Allah tuhannya. Bahasa sekarang, kita ini karyawan, pembantu dan Pencipta kita adalah atasan, majikan. Semakin kita berserah diri mau manut, nurut, dan ikut semua aturannya, maka pasti rezeki itu nyangkut.

Karena Dia Al Fattah Yang Maha Membuka Kunci. Karena Dia Ar Rozzaq Yang Memberi Rezeki.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel