Pelajaran Riba dari Suku Sasak
Kamis, 29 Agustus 2019
Suku sasak dinamis adalah suku sasak yang sudah mulai terpengaruh dan tercampur dengan budaya modern mulai dari penggunaan teknologi, bahasa serta tradisi. Sedang suku sasak statis merupakan suku sasak yang masih mempertahankan adat dan budaya serta berusaha untuk menghindari adanya pengaruh teknologi dan modernisasi, mulai dari menjaga tradisi pembangunan rumah adat seperti penggunaan kotoran sapi atau kerbau sebagai bahan dinding dan lantai, pengunaan bambu dan rumput sebagai atap serta masih menjaga generasi muda dari penggunaan handphone dan televisi karena dianggap merusak moral dan akhlak hingga berbagai tradisi lain seperti tradisi dalam perkawinan yang masih terus dijaga sampai saat ini.
Ada salah satu hal menarik dari suku sasak statis yang sangat baik untuk diterapkan dalam kehidupan kita agar bisa terhindar dari riba. Suku sasak statis memiliki tradisi untuk keluarga yang baru menikah membangun rumah yang sangat minimalis berukuran 3 x 2 m. Rumah ini disebut Bale Kodong yang berarti rumah kecil. Bale atau rumah ini hanya berisi kamar dengan sedikit ruang depan dan dapur. Bale ini tidak dilengkapi dengan kamar mandi karena tradisi suku sasak seluruh model rumah adat di sasak kamar mandinya berada diluar rumah.
Setelah keluarga mempunyai anak dan mapan, maka baru membangun secara bertahap bale atau rumah yang berukuran lebih besar sekitar 4 x 6 m yang disebut Bale Tani yang artinya rumah tani, yaitu rumah untuk anggota yang telah bertani atau sudah mapan (sebagian masyarakat sasak bertani). Bale Tani terdiri dari Bale Dalam dan Bale Luar. Ruangan Bale Dalam diperuntukkan untuk keluarga wanita dan digunakan sebagai dapur. Sedangkan ruangan Bale Luar diperuntukkan untuk keluarga lainnya dan digunakan sebagai Ruang Tamu.
Gambar Bale Tani
Hikmah penting yang bisa diambil adalah kesabaran dan kesederhanaan. Masyarakat sasak ketika baru menikah tidak langsung memaksakan diri memiliki rumah yang besar, namun secara bertahap dimulai dari rumah kecil (Bale Kodong), ketika sudah mampu baru membangun rumah yang lebih besar (Bale Tani). Mereka sudah terbiasa hidup dengan kesederhanaan dan bersabar hingga mapan baru membangun rumah yang lebih besar secara bertahap.
Hal ini sangat berbeda dengan kebanyakan masyarakat saat ini yang serba ingin instan, termasuk dalam hal membeli rumah. Banyak masyarakat yang memaksakan diri membeli rumah dengan jalur riba melalui pinjaman bunga atau KPR. Masyarakat harus terbiasa bersabar dan membangun rumah secara bertahap sebagai salah satu solusi permasalahan riba.
Daripada meminjam uang di bank yang berbunga, dengan beban hutang riba jangka panjang dan biaya yang jauh lebih besar, lebih baik bersabar dan pembangunannya dilakukan bertahap mulai dari membeli tanah hingga membangun fondasi dan bangunan secara bertahap.
Allahu A’lam.
Hal ini sangat berbeda dengan kebanyakan masyarakat saat ini yang serba ingin instan, termasuk dalam hal membeli rumah. Banyak masyarakat yang memaksakan diri membeli rumah dengan jalur riba melalui pinjaman bunga atau KPR. Masyarakat harus terbiasa bersabar dan membangun rumah secara bertahap sebagai salah satu solusi permasalahan riba.
Daripada meminjam uang di bank yang berbunga, dengan beban hutang riba jangka panjang dan biaya yang jauh lebih besar, lebih baik bersabar dan pembangunannya dilakukan bertahap mulai dari membeli tanah hingga membangun fondasi dan bangunan secara bertahap.
Allahu A’lam.