Cara Menggapai Setengah Solusi Hutang
Silahkan cek perasaan dan kondisi Anda saat ini?
-
Gelisah
-
Cemas
-
Khawatir
-
Panik
-
Hilang Fokus
-
Tidur tidak nyenyak
-
Makan tidak enak
-
Bersosialisasi tidak nyaman
-
Hubungan Keluarga tidak harmonis
Jika perasaan dan kondisi di atas yang sedang
dialami maka Anda sedang mengalami suatu masalah kejiwaan,
bukan sakit jiwa ya, tapi beda tipis si...(^-^)
Anda sedang mengalami kondisi “Jiwa yang Takut”.
Jadi segera
hilangkan “Jiwa yang Takut” dan raihlah “Jiwa yang Tenang”.
Ketenangan adalah Kekuatan
Ketenangan adalah sumber kekuatan.
Ketenangan membuat masalah gelap terlihat
terang.
Ketenangan menjadi kunci dalam berkomunikasi
melalui pemilihan kata, bahasa dan nada.
Ketenangan menjadi kunci dalam bersikap
melalui bahasa tubuh dan tingkah laku.
Ketenangan menjadi kunci dalam mengambil
keputusan melalui pikiran jernih.
Ketenangan menjadi kunci dalam menemukan jalan melalui ide yang cemerlang.
Ketenangan menjadi kunci dalam usaha melalui
fokus dan konsentrasi.
Rusaknya ketenangan jiwa akan merusak
berbagai aspek penyelesaian hutang
Orang yang memiliki ketenangan, jiwanya seperti telah memiliki setengah
solusi dan tinggal mengupayakan setengah solusi yang lain. Ini artinya
ketenangan menjadi salah satu faktor penting dalam selesai tidaknya masalah
hutang.
“Jiwa yang tenang adalah setengah solusi hutang”
Bagaimana
mana cara merubah dari zona jiwa ketakutan ke zona jiwa belajar dan ke zona
jiwa bertumbuh?
Pada prinsipnya ketakutan bisa dikendalikan.
Maka jangan khawatir, tugas kita adalah “menghilangkan kekhawatiran yang berlebihan”.
Ketenangan jiwa akan diperoleh setelah
kita membebaskan diri dari kekhawatiran yang berlebihan
Proses mencapai jiwa yang tenang setiap orang
berbeda-beda. Ada orang yang bisa sejam, sehari, seminggu bahkan
berbulan-bulan. Silahkan praktikkan beberapa langkah berikut agar kita bisa menggapai jiwa yang tenang:
1. Akui bahwa hutang
adalah kesalahan sendiri
Langkah pertama agar jiwa menjadi tenang
adalah menyadari bahwa hutang terjadi karena KESALAHAN SENDIRI.
Posisikan hutang sebagai AZAB dari Allah karena kesalahan dan dosa kita.
Bagaimanapun awalnya hutang itu datang, baik
melalui ujian hidup, gaya hidup, musibah, kegagalan usaha ataupun karena tipu
daya itu semua dikarenakan KESALAHAN
SENDIRI.
Jadi akui bahwa hutang karena KESALAHAN SENDIRI.
Jangan pernah menyalahkan siapapun.!!!
Jangan menyalahkan orang tua, keluarga, rekan
bisnis, bawahan, atasan apalagi menyalahkan Allah.
Banyak orang
berhutang yang menyalahkan takdir Allah. Takdir dijadikan kambing hitam dan
ujung-ujungnya mengatakan bahwa Allah yang sudah menghendaki kehidupan kita yang
seperti saat ini.
Benarkah Allah yang
Maha Pengasih, yang Maha Penyayang, membuat ciptaannya dalam kondisi berhutang?
Jawabannya pasti TIDAK,
Mustahil Allah menyengsarakan ciptaanNya.
Yang ada justru kita sendiri
yang menciptakan dan merequest kondisi yang membuat akhirnya dalam kondisi
berhutang.
Jangan pernah
menyalahkan siapapun, tapi salahkan diri sendiri.
Lah gak dong bukan salah saya, kan saya lagi
gak ada rezeki untuk makan ya akhirnya saya berhutang.
Lah gak dong bukan salah saya, kan saya
berkewajiban memberikan rumah untuk keluarga ya akhirnya saya berhutang.
Lah gak dong bukan salah saya, kan saya kena
musibah ya akhirnya saya berhutang.
Lah gak dong bukan salah saya, kan bisnis
saya hancur akhirnya biar gak tambah hancur saya berhutang.
Lah gak dong bukan salah saya, kan saya kena
tipu sampai akhirnya saya berhutang.
Bisa jadi karena DOSA,
karena MAKSIAT kita, karena rangkaian kesalahan KEPUTUSAN kita sampai
akhirnya kita dihadapkan dengan pilihan untuk berhutang. Dan saat kita mengambil KEPUTUSAN untuk berhutang itu juga SALAH
kita. Sebelum akhirnya
mengambil keputusan berhutang, pasti ada rangkaian pilihan keputusan lain
selain berhutang.
Jadi jangan pernah menyalahkan siapapun atas
hutang yang akhirnya harus kita tanggung. Kita harus menyadari bahwa segala jenis hutang terjadi karena dosa dan maksiat kita
serta rangkaian kesalahan keputusan kita sendiri sehingga kita harus
bertanggung jawab penuh atas kesalahan demi kesalahan keputusan yang telah kita ambil.
Hutang pasti terjadi atas kesalahan sendiri
Hutang yang kita alami terjadi karena
kesalahan sendiri dan saat kita masih belum juga bisa melunasinya itu karena kesalahan sendiri. Hal lain di
luar diri hanyalah pelengkap.
Setelah kita mengakui bahwa hutang karena kesalahan sendiri maka BERTAUBATLAH. Akui semua kesalahan dan dosa agar Allah memberikan ridhaNya. Allah memberikan hutang ini tujuannya agar kita bisa sadar, bertaubat dan kembali kepadaNya.
TAUBATLAH dari dosa, akui kesalahan, dosalah yang menutup rezeki
yang telah disiapin Allah, dosalah yang menutup jalan penyelesaian
hutang. Segera bertaubat jangan tunda.
Jangan tungu ajal dekat baru taubat, saat ingat langsung taubat takutnya
kelewat (^^)
Lakukan shalat taubat dan perbanyak beristighfar karena istighfar akan memberikan kelapangan,
ketenangan dan jalan keluar dari kesempitan.
"Barangsiapa membiasakan bacaan Istighfar, maka Allah akan
menjadikan untuknya Kelapangan dari setiap Kesedihan dan Jalan Keluar bagi
setiap kesempatan, serta Allah karuniakan Rezeki kepadanya dari arah yang tidak
disangka-sangka." (H.R Abu Daud, Ibnu Majah & Baihaqi)
“Tidak mengakui kesalahan menjadi sebab tidak bisa merasakan ketenangan”
2. Terima segala
konsekuensi
Setelah kita menyadari kesalahan dan bertaubat, kita juga harus ikhlas dan ridha menerima segala bentuk
konsekuensi sebagai akibat dari keputusan kita memilih jalan berhutang. Ingat bahwa setiap hutang pasti memiliki konsekuensi, jadi kalo gak pengen menanggung konsekuensi hutang makannya jangan hutang. (^:^)
Segala konsekuensi dan dampak yang mungkin
timbul akibat hutang harus kita terima dengan ikhlas. Semakin kita tidak bisa
ikhlas menerima konsekuensi dan dampak dari hutang semakin kita tidak tenang.
Hutang tidak lunas karena jiwa tidak
tenang, jiwa tidak tenang karena menolak segala konsekuensi hutang
Ingat saat dulu berhutang,
bukahkan kita jaminkan kehidupan kita?
Saat berhutang di
bank maka kita jaminkan harta kita.
Saat berhutang di Pinjaman
Online, KTA atau Kartu Kredit maka kita jaminkan harga diri kita.
Jadi saat hutang kita
bermasalah maka kita harus siap menerima segala konsekuensi. Terima dengan
ikhlas agar jiwa bisa tenang.
Mau hilang harta ya terima dengan ikhlas,
pasti Allah akan ganti dengan harta yang lebih berkah.
Mau hilang harga diri ya terima dengan
ikhlas, pasti Allah akan ganti dengan harga diri yang jauh lebih berharga.
Mau hilang pekerjaan dan jabatan ya terima
dengan ikhlas, pasti Allah akan ganti dengan pekerjaan yang lebih baik.
Mau hilang orang yang dicintai ya terima
dengan ikhlas, pasti Allah akan ganti dengan orang yang lebih tulus mencintai
Anda.
3. Izinkan hutang ini
terjadi sebagai pengalaman
Setelah kita menyadari kesalahan, menerima segala konsekuensi, selanjutnya kita juga harus mengizinkan hutang tersebut datang sebagai bentuk pengalaman.
Ibarat nasi sudah menjadi bubur yang tidak
akan pernah bisa dikembalikan seperti semula. Artinya jangan pernah sesali
hutang ini.
Hutang yang terjadi
bukan untuk disesali tapi untuk di hikmahi
Terima dan izinkan
hutang ini sebagai skenario hidup yang harus dijalani bukan disesali. Semua
yang terjadi dalam setiap jengkal kehidupan itu atas izin Allah. Bahkan sehelai
daun yang jatuh berguguran itu terjadi karena izin Allah.
“… dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahui (pula)
…” (Q.S Al-An’aam : 59)
Daun yang jatuh saja
atas izin Allah apalagi hutang kita. Maka jika Allah mengizinkan hutang datang
ke kita maka kitapun harus mengizinkan hutang ini datang sebagai pengalaman.
Ketika Allah sudah mengizinkan
hutang datang, tidak mungkin tujuan Allah untuk menyengsarakan tapi untuk
kebaikan hambaNya. Maka sejatinya hutang ini sesungguhnya merupakan sumber
pengalaman tak terbatas sebagai jalan menuju sesuatu kebaikan yang besar.
Sudahlah yang lalu biarlah berlalu saatnya
menatap masa depan. Jadikan ini sebagai sebuah pengalaman yang sangat berharga.
Ketika kita sudah
memandangnya sebagai pengalaman maka dengan sendirinya kita akan bersyukur bahwa kita pernah mengalami hutang dan akan menjadikan hutang ini sebagai
"modal" dan "pelajaran" untuk bangkit.
4. Ingat Anugerah Allah
Setelah kita menyadari kesalahan, menerima konsekuensi, dan mengizinkan hutang
sebagai pengalaman, selanjutnya kita harus banyak
mengingat anugerah Allah. Bersyukurlah akan setiap anugerah Allah. Bersyukurlah
dari yang kecil dan dari melihat yang lebih kecil. Masih banyak orang diluar
sana yang memiliki hutang yang jauh lebih besar dari hutang kita dan bisa
menyelesaikannya.
5. Tingkatkan Keimanan
Ketakutan berbanding
terbalik dengan keimanan, semakin tidak beriman maka akan semakin takut. Seperti
dalam kisah Nabi Musa a.s dan Nabi Harun a.s Allah memerintahkan untuk
menghilangkan rasa takut dengan iman, dengan keyakinan bahwa Allah akan selalu
bersamanya.
"Janganlah kamu berdua
takut, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat." (Q.S Thaha : 46)
Janganlah takut
karena Allah sudah mengukur takaran masalah sesuai dengan kemampuan hamba. Tingkatkan
keimanan dan keyakinan bahwa Allah selalu membersamai kita. Perbanyak beribadah dan berdzikir mengingat
kepada Allah. Sesungguhnya hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi
tenang.
“Ketahuilah bahwa dengan mengingat
Allah itu hati akan menjadi tenang.” (Q.S Ar Ra’d : 28)
Tanpa air ikan akan mati tanpa berdzikir jiwa akan mati
Itulah 5 tips
lompatan sederhana agar kita memiliki jiwa yang tenang. Jangan memaksakan untuk terus mempertahankan
ketakutan, memaksakan mempertahankan ketakutan adalah sebuah keniscayaan karena
memaksakan sesuatu yang pada dasarnya tidak "layak" untuk
dipertahankan. Ketika kita terus
memaksakannya maka justru kita akan mengambil jalan salah yang justru akan semakin menambah kesalahan.
Jiwa yang tenang tidak akan pernah
sebanding untuk ditukar dengan kesenangan apapun, maka raihlah ketenangan jiwa
dan buanglah semua ketakutan akan kehilangan kesenangan
Sudahlah cukup…
Kita tidak perlu takut lagi kehilangan dunia, lebih takutlah kehilangan
Allah, lebih takutlah ketika kita tidak diberi
kesempatan untuk bertaubat, lebih takutlah ketika kita tidak bisa merasakan manisnya iman dan nikmatnya beribadah.
Hutang boleh saja membuat kehilangan
segalanya kecuali kehilangan Allah
Saat kita sudah tidak lagi takut akan kehilangan dunia maka Allah akan memberikan
ketenangan jiwa.
“Wahai jiwa yang tenang!, Kembalilah
kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi di-ridhai-Nya, Kemudian masuklah ke
dalam (jamaah)
hamba-hamba-Ku, Dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Q.S Al Fajr : 27 - 30)
Raihlah ketenangan jiwa karena dengan
ketenangan jiwa kita akan lebih
mudah untuk bisa menyelesaikan masalah.
Agar Anda bisa lebih mudah untuk menggapai ketenangan jiwa maka tuliskan seluruh ketakutan-ketakutan
yang selama ini membuat Anda khawatir. Tuliskan ketakutan-ketakutan akan
kehilangan dunia. Takut kehilangan kehormatan, takut kehilangan harta, takut
kehilangan orang yang dicintai, takut kehilangan kesempatan, takut kehilangan
pekerjaan.
Tuliskan 5 ketakutan yang selama ini paling
Anda khawatirkan
1. ...
2. ...
3. …
4. …
5. ...
Setelah menuliskan seluruh 5 ketakutan Anda,
ubahlah kata TAKUT menjadi SIAP. Takut kehilangan kehormatan diganti dengan
siap kehilangan kehormatan. Takut kehilangan harta diganti dengan siap
kehilangan harta. Takut kehilangan orang yang dicintai diganti dengan siap
kehilangan orang yang dicintai. Takut kehilangan kesempatan diganti dengan siap
kehilangan kesempatan. Takut kehilangan pekerjaan diganti dengan siap
kehilangan pekerjaan
Rubahlah 5 ketakutan Anda menjadi ketenangan dengan merubah kata TAKUT
menjadi SIAP
1. …
2. …
3. …
4. …
5. ...